SOLIDARITAS KEBERSAMAAN
DaisypathAnniversary Years Ticker
Your Ad Here
Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan

  Rabu, Oktober 01, 2008

Minal Aidin Wal Faizin




Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(
KapanLagi.com)

Taqabbalallahu minnaa wa minkum
Minal aidin wal waizin
Mohon ma'af kami atas segala salah dan khilaf
Semoga kita dijauhkan dari segala unsur yang bisa mengotori hati, dan semoga fitrah sejati senantiasa ada di sepanjang nafas dan langkah kita semua...

  Jumat, Oktober 05, 2007

Mohon Ma'af Lahir & Batin


Selamat Hari Lebaran
Mohon ma'afkan segala kesalahan...

Andai rembulan bisa kuhentikan
dia akan kuhentikan
hingga tak akan datang hari lebaran
sampai kata ma'af kau berikan...
Tapi rembulan tak bisa kuhentikan
karenanya hanya tersisa harapan
kebaikan hatimu untuk mema'afkan...

Berenang di samudera biru
sungguh menyenangkan...
Namun berenang di samudera ma'afmu
jauh lebih menakjubkan...

» Nukilan kata-kata indah dari "Koleksi Puisi Kartu Ucapan Lebaran"


Menyambut akhir bulan Ramadhan ini, kami sekeluarga mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1428 H
Taqabbalallahu minnaa wa minkum
Mohon Ma'af Lahir & Batin
Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian...

[ Kami mudik ke Manna, Bengkulu & Jakarta s/d 25-Okt-2007... ]

  Jumat, September 07, 2007

Berhala Kupu-Kupu...


Ada suatu aksioma klasik dalam peradaban Islam yang diformulasikan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, khalifah pertama. Menurut beliau, jika pasar memenangi masjid, maka masjid akan mati. Tapi jika masjid memenangi pasar, maka pasar akan hidup. Maka di antara misi peradaban Islam adalah menjaga agar masjid memenangi pasar, karena itu berarti juga menjaga kehidupan pasar. Misi itu kini kelabu, karena pasar telah memenangi masjid. Ekonomi kita pun disebut ekonomi pasar. Bahkan sekejap lagi, akan ada 'pasar bebas'.

Di awal telah dijelaskan bahwa sangat keliru mengidentifikasi jahiliyah sebagai keterbelakangan. Ya, memang. Dalam masyarakat terbelakang mungkin kita akan menemukan jahiliyah dalam bentuk yang mudah dikenali karena juga 'primitif'. Tetapi estafet jahiliyah telah diterima dengan manis oleh generasi penerus. Berdengunglah kini seruan menuju tatanan dunia baru. Ya, inilah dunia baru yang jahiliyahnya begitu tertata. Ia menjadi teori-teori ilmiah yang sulit dibantah. Ia menjadi istilah-istilah mewah yang diucapkan dengan gagah. Ia menjadi sistem-sistem terstruktur yang menggerakkan roda politik, gerigi ekonomi, rantai sosial, dan patron budaya.

Berhala-berhala seakan berlomba untuk merubah wujudnya agar tampil lebih elegan di putaran zaman. Ada yang tak banyak merubah dirinya seperti penyembahan benda angkasa. Penyembahan bintang dan benda angkasa hanya memindah tempat ibadahnya ke halaman tabloid dan majalah. Ia berganti nama baru: zodiak dan horoskop.

Ada juga yang metamorfosisnya nyaris sempurna. Inilah berhala kupu-kupu. Dunia sedang menyaksikan da'wah agama paganis-konsumerisme melalui iklan di televisi. Dan setiap waktu berbondonglah penyambut seruan itu menuju tempat-tempat ibadah elegan yang kini menjamur sampai pinggir kota: mall-mall megah.

Allah memberikan pasar sebagai tempat tinggal bagi iblis. Anak turunnya telah membangunnya menjadi istana peribadatan yang megah. Di sini bertahta berhala baru bernama tren dan mode. Mungkin ini metamorfosis sempurna dari Lataa dan 'Uzza. Mereka didesain menjadi salah satu sumber pemborosan. Pemborosan adalah proyek memperbanyak saudara syaitan.

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu sangat ingkar kepada Rabbnya."
(Al Israa': 27)

Ini bukan soal pemenuhan kebutuhan. Karena kini orientasi massa telah diubah dari need kepada want. Bukan soal punya uang atau tidak punya uang. Ini soal eksploitasi - ekonomi, budaya, bahkan politik - terhadap konsumen dengan imaji-imaji sesaat. Iklan telah mengajarkan bahwa wanita dihargai hanya sebatas kilau rambut, kemulusan wajah, dan putihnya kulit. Iklan telah mendidik kita untuk menstandarkan kebenaran pada penilaian manusia kebanyakan tanpa alat nalar dan sikap kritis. Inilah varises yang menyerang pembuluh peradaban dan kemanusiaan. Bahkan di sini, di dalam rumah kita, benda-benda telah menjadi rujukan utama dalam menyikapi kehidupan. Ukuran mulia dan hina telah terjenjang dalam besaran materi.

"Adapun manusia apabila Rabbnya menguji, lalu ia dimuliakan, dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata,"Rabbku memuliakanku". Adapun bila Rabbnya menguji lalu membatasi rizqinya, dia berkata, "Rabbku menghinakanku!"
(Al Fajr: 15-16)

Berhala-berhala itu bermetamorfosis. Sempurna. Bagaikan kupu-kupu. Hati-hatilah jika ia sempat bertelur di lekuk-lekuk otak. Maka ia menjadi teori-teori ilmiah, riset-riset empiris, dan subjektivitas yang diobjektivikasi. Dan disembah. Berhala-berhala itu bermetamorfosis sempurna. Bagaikan kupu-kupu. Hati-hatilah jika ia sempat bertelur di labirin hati. Jadilah ia berhala terbesar yang akan bertahta dalam jiwa. Namanya, hawa nafsu. Dan disembah.

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya? Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya ...."
(Al Jatsiyah: 23)

Ada kata-kata menarik dari Sidharta Gautama dalam Samyutta Nikaya I:117 tentang hawa nafsu.
"Seandainya ada gunung emas, dua kali lipat sekalipun tidak akan cukup untuk memuaskan satu orang manusia. Pahamilah hal ini, dan hiduplah sepatutnya." Mirip hadist tentang emas seberat gunung Uhud bukan? Tapi sayang, Sidharta juga disembah sebagai berhala. Who knows? Bisa jadi kelak dia akan berlepas diri di hadapan Allah dari semua yang menuhankannya. Yang jelas berhala-berhala itu bermetamorfosis. Sempurna. Bagaikan kupu-kupu.

» Salim A. Fillah dalam "Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim"

  Selasa, Agustus 21, 2007

Bekalilah Anak dengan Agama yang Kuat


Berikut ini adalah dasar-dasar pokok pendidikan anak yang disimpulkan dari berbagai ayat Al-Qur'an dan Sunnah Rasul:

  • Mananamkan nilai tauhidullah dengan benar.
  • Mengajarkan ta'at al waalidaen (mentaati kedua orang tua) dalam batas-batas ketaatan kepada Pencipta, sebagai manifestasi kesyukuran seseorang kepada Ilahi.
  • Mengajarkan husnul mu'asyarah (pergaulan yang benar) yang dibangun atas dasar keyakinan akan hari kebangkitan, sehingga pergaulan tersebut memiliki akar kebenaran dan bukan kepalsuan.
  • Menanamkan nilai-nilai takwallah.
  • Menumbuhkan kepribadian yang memiliki shilah bi Allah yang kuat (dengan mendirikan shalat).
  • Menumbuhkan dalam diri anak kepedulian sosial yang tinggi (dengan amr ma'ruf nahi munkar).
  • Membentuk kejiwaan anak yang kokoh (shabar).
  • Menumbuhkan sifat rendah hati serta menjauhkan sifat arogan.
  • Mengajarkan kesopanan dalam sikap dan ucapannya.

  Selasa, Juni 12, 2007

Kunci Kebahagiaan


Oleh: Jebel Firdaus - 8 Jun 07 11:22 WIB

Tiap kita punya pendapat sendiri tentang kebahagiaan. Walau pun semua berhasrat ingin bahagia, namun tak sedikit kita jumpai orang yang tidak bahagia. Padahal tiada kurang harta yang dimilikinya, tiada kurang penghormatan untuknya, dan tiada kurang jabatannya. Kecantikan bukan ukuran kebahagiaan. Hal itu ibarat bunga yang suatu saat layu. Bukan pula harta kekayaan. Ia ibarat hujan yang akan kering setelah datang sinar matahari. Bukan juga kekuatan. Ia ibarat pertandingan, ada saatnya menang, tapi ada juga saatnya kalah. Singkat kata dunia tak dapat membahagiakan kita.

Syahdan sebelum menciptakan manusia, Allah tugaskan dua malaikat untuk menempatkan sesuatu yang amat berharga yang kelak akan dicari seluruh manusia. Malaikat satu berkata, aku kan letakkan di dasar samudra, hingga hanya orang yang tangguhlah yang menemukannya. Malaikat satu lagi berkata, aku kan menyimpannya di puncak gunung hingga tak ada yang menemukan kecuali orang yang kuat tekadnya. Perselisihan itu pun tak berujung. Akhirnya Allah yang memutuskan, Aku kan taruh sesuatu itu di lubuk hati manusia yang paling dalam. Sesuatu apakah gerangan hingga Allah turun tangan. Tak lain itu adalah kebahagiaan.

Kebahagiaan tertanam dalam diri kita sendiri. Kita hanya perlu menemukannya. Ia sering kali tertimbun endapan rasa takut, dengki dan kecewa akibat hal-hal di luar diri kita. Karena itu harus kita singkirkan. Kita takut kehilangan sesuatu, padahal mau tidak mau, semua yang datang pasti kan pergi. Kita dengki melihat kenikmatan orang, padahal tidak kurang anugerah Allah pada kita. Kadang kita kecewa dengan kejadian diluar, padahal selalu ada hikmah yang indah di balik semua kejadian yang telah berlalu.

Kebahagiaan adalah ketulusan. Hanya dengan ketulusan kita bisa menemukan kebahagiaan. Tulus menerima segala apa yang Allah anugerahkan seraya mensyukurinya. Allah lebih mengetahui dari pada kita tentang apa yang kita butuhkan. Jangan lepaskan burung di tangan hanya karena mengharap burung yang terbang. Yakinlah apa Allah yang takdirkan untuk kita, itu baik buat kita.

Maka jangan remehkan apa-apa yang telah kita miliki. Ketulusan akan menyingkirkan debu kedengkian, kekecewaan sekaligus kecemasan. Sebaliknya ketulusan membawa kita pada sikap ridha. Maka Allah pun akan meridhai kita. Rasul bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala bergantung besarnya ujian. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah menguji mereka. Maka siapa yang ridha, maka Allah akan meridhainya, dan siapa yang murka, maka Allah akan memurkainya" (HR Tirmidzi).

Kebahagiaan ibarat air dalam botol. Botol dan air memang saling memerlukan. Namun hanya air yang dapat melepaskan dahaga. Maka siapa yang memiliki akal sehat akan memilih air, sedang orang yang sesat akan memilih botol, tanpa melihat apakah terdapat air didalamnya atau tidak. Itulah sebabnya, dahaganya tidak pernah terpuaskan, sebab ia tidak tahu apakah botol itu kosong atau berisi.

  Jumat, Maret 30, 2007

Ary Ginanjar Agustian: Sarjana Barat Keliru Pahami Islam Akibat Pemberitaan Pers


Sumber: Eramuslim - Kamis, 29 Mar 07 15:54 WIB

Ahli training manajemen spiritual and emotional quotient, Ary Ginanjar Agustian, mengungkapkan, para pakar spritual and emotional quotient Barat mengaku selama ini telah memiliki persepsi keliru tentang Islam karena pers Barat yang menggambarkan Islam dengan cap teroris.

Ary menyampaikan hal itu, setelah dirinya diundang dalam sebuah pelatihan emotional and spritual quotient di The Oxford Academy, Inggris di depan para spiritualis dan akademisi, yang umumnya bergelar doktor dan profesor dari berbagai universitas dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Denmark, Australia, Slovenia, India, Afrika Selatan termasuk Tibet pada 11-18 Maret lalu.

"Saya tak pernah membayangkan akan memaparkan ESQ dalam sebuah forum internasional. Saya sendiri benar-benar terkejut karena dapat membawakan materi ESQ dalam bahasa Inggris dengan sangat lancar, seperti halnya memberikan training ESQ dalam bahasa Indonesia. Ini semua karena pertolongan Allah, " ujar Ary di depan 600 peserta angkatan ke-57 pelatihan itu di Hotel Gran Melia, Kamis (29/3).

Seusai pemaparan, sambungnya, pihaknya mendapat respon positif dari Zohar dan Ian Marshal, para pendiri dan pengasuh The Oxford Academy of Total Intelligence yang juga penulis buku spiritual best seller dunia berjudul "Spiritual Capital". Mereka berdua serta peserta lain yang umumnya trainer SDM kelas dunia siap menyebarkan nilai-nilai ESQ di negara masing-masing.

Banyak di antara mereka yang mengaku baru kali ini mendapatkan pemahaman lengkap soal Islam, yang selama ini selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif dan cap terorisme. Sambutan positif ini membuatnya yakin nilai-nilai ESQ dapat diterima seluruh bangsa di dunia.

Ia berharap, hasil pemaparan di Oxford juga menambah keyakinan dan semangat peserta maupun alumni ESQ dalam menyebarkan nilai-nilai ESQ165 ke seluruh dunia, apalagi jumlah alumninya sudah mencapai 300 ribu orang. (dina)

  Jumat, Maret 16, 2007

Resensi Novel: Ayat Ayat Cinta


Detail Novel
Judul: Ayat Ayat Cinta
ISBN: 979-3604-02-6
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Terbit: Desember 2004
Isi: 419 halaman




Bila buku/novel yang bertema agama biasanya terkesan kaku dan menggurui, cobalah nikmati novel "Ayat Ayat Cinta" ini, Anda akan terkejut karena Anda tidak akan mampu melepas buku ini dari genggaman Anda. Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan kita menjadi tokoh yang mengalami berbagai problema yang melilit sang tokoh. Dilatarbelakangi kota Cairo yang megah dan modern, Fahri, sang tokoh mengajak kita mendalami Islam dengan bahasanya yang menyejukkan dan mampu mengubah paradigma kita bahwa Islam janganlah dilihat dari orang atau negara Islamnya, tetapi lihatlah Islam dari ajarannya. Diselingi oleh kisah-kisah hubungan antar manusia yang digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.